Seorang anak bernama Andry, menjadi korban serangan buaya di Desa Karangan Seberang, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur, seminggu lalu.
Serangan buaya terjadi menjelang salat Jumat. Saat itu korban bersama kakaknya bermain di halaman belakang rumah kakeknya, Karsiman. Rumah itu berjarak sekitar 20 meter dari Sungai Karangan yang âterkenalâ sebagai habitat buaya. Saat itu, seperti yang dikutip dari tribunnews.com, air sungai sedang naik. Andry bergerak ke arah tepi sungai, berjarak sekitar 2 meter dari sungai, untuk melihat kolam ikan. Tanpa diduga, seekor buaya yang masuk dari jalur pembuangan air sudah berada di daratan.
Seketika buaya itu menyerang Andry. Bocah itu terjatuh, dan dengan cepat monster sungai itu menyambarnya dan langsung menariknya ke sungai. Sejak kejadian itu, jasad Andry tak ditemukan, hingga berujung enam hari pencarian.
Proses Pencarian
Dua hari pertama, Jumat dan Sabtu, warga melakukan upaya swadaya. Mulai dari menyisir sungai menggunakan ketinting untuk menemukan jasad korban, hingga berupaya memancing dan menjerat buaya. Namun upaya tersebut nihil.
Di sela upaya, warga mendengar ada tiga orang warga Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, yang bersedia membantu memburu buaya. Sabtu siang, warga berangkat menjemput ketiganya, yang saat itu sedang berada di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau. Mereka dijemput via jalur darat, sekitar 8 jam perjalanan dari Jalan Ki Hajar Dewantara RT 2, Desa Karangan Seberang, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur, yang merupakan tempat kejadian, rumah kakek korban.
Setibanya di Karangan, ketiganya melakukan prosesi pemetaan medan pada Minggu malam, sembari memberi jeda pencarian satu malam. Keesokan malamnya, ketiganya langsung memburu buaya. Ketiganya mencari buaya berukuran panjang sekitar 3 meter dan lebar kurang dari 1 meter, sesuai keterangan kakak korban, Wulan (siswi kelas 2 SD), yang melihat langsung peristiwa serangan buaya tersebut.
Saat melakukan penyisiran, ketiga pemburu buaya asal Bulungan melakukan aksinya pada malam hari. Ketiganya menggunakan tombak. Satu persatu buaya yang diperkirakan memangsa Andry ditombak, diangkat ke daratan, lalu
dibelah perutnya. Namun pencarian belum membuahkan hasil.
Penemuan pada Buaya Ketujuh
âTadi subuh ditemukan buaya ketujuh. Saat dibelah, ditemukan potongan tubuh Andry. Yang tersisa hanya sebelah kaki, telinga, dan tulang rusuk yang patah. Selainnya sudah hancur karena sudah enam hari,â kata Suryatmojo.
Setelah membungkus jasad yang tak lagi utuh itu, keluarga langsung memakamkannya. Prosesi pemakaman berlangsung dalam kedukaan mendalam.
Namun pihak keluarga juga masih bersyukur karena jasad korban masih bisa ditemukan dan dimakamkan. Adapun bangkai tujuh ekor buaya yang diburu langsung dikuburkan. Kemudian kulitnya dibawa oleh ketiga pemburu asal Bulungan. âMereka tidak mau dibayar,â kata Suryatmojo.
Penyebab banyaknya serangan buaya
Paman korban, Suryatmojo, mengatakan serangan buaya di Desa KaranganSeberang, Kecamatan Karangan, belakangan sering terjadi. Khususnya setelah masuknya perusahaan perkebunan sawit.
âTotal, hingga saat ini di sekitar desa kami ada 2 orang anak dan 3 orang dewasa yang meninggal dunia karena serangan buaya. Adapun 5 orang masih selamat,â katanya.
âSelama ada perusahaan perkebunan kelapa sawit tahun 2006, hampir setiap tahun ada korban keganasan buaya,â katanya, seraya menyebutkan banyak ekosistem pesisir yang kini turut dibabat menjadi area kebun sawit.
âSaya kelahiran di Karangan Seberang. Waktu saya kecil, waktu belum ada perusahaan perkebunan, kita hampir setiap hari berenang di sungai. Sebelum tahun 2006 itu masih banyak warga yang mandi di sungai,â katanya.
Ia meyakini, terbabatnya ekosistem buaya di sekitar Sungai Karangan-lah yang membuat buaya kian ganas, hingga mendekat ke permukiman, bahkan memangsa manusia.
Baca Juga kisah pria lawan buaya yang memangsa istri dan anaknya disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar asal jangan nyepam yha.. :D